Pengembangan perikanan di Kabupaten Kotawaringin
Barat direkomendasikan pada
pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya.. Hal ini didasarkan pada pada
belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya ikan yang terdapat di Kotawaringin
Barat dan masih rendahnya teknologi
penangkapan maupun teknologi budidaya. Disisi lain potensi lahan untuk
budidaya cukup besar dan belum
dimanfaatkan secara optimal.
Untuk mensinergiskan rencana pembangunan perikanan
di Kabupaten Kotawaringin Barat
dengan kebijakan nasional dan kebijakan pembangunan daerah Kabupaten
Kotawaringin Barat, maka orientasi
pembangunan perikanan jangka panjang dilakukan melalui peningkatan sumberdaya manusia perikanan dengan
strategi pengembangan industriliasi perikanan. Dengan pendekatan
seperti ini, maka orientasi pembangunan perikanan tidak hanya pada peningkatan produksi saja, akan tetapi
mencakup keseluruhan sistem agribisnis
dengan tetap berwawasan lingkungan.
Pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Kotawaringin
Barat masih belum optimal dam masih memungkinkan untuk dikembangkan.
Dengan masih belum optimalnya tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikan di Kabupaten Kotawaringin Barat, maka masih memberi peluang yang cukup besar untuk mengembanngkan
perikanan tangkap di perairan tersebut dengan
meningkatkan jumlah dan ukuran unit penangkapannya dan juga
memaksimalkan usaha penangkapannya (fishing effort).
Jenis komoditas unggulan yang memberi peluang
untuk dikembangkan, berdasarkan
beberapa kriteria seperti kontinuitas produksi
setiap tahunnya, rata-rata jumlah hasil tangkapan setiap tahunnya yang relatif
banyak, harga komoditi yang relatif tinggi, serta ditunjang dengan besarnya potensi stok dan potensi
lestari (maximum sustainable yield/MSY) sumberdaya ikan, dan juga tersedianya teknologi penangkapan ikan yang efektif dan efisien.
Komoditas unggulan lokal untuk perairan
Kotawaringin Barat adalah jenis
udang, demersal, rajungan dan kepiting, sedangkan untuk komoditas unggulan ekspor adalah rajungan.
A. Strategi Pengadaan Input
Produksi
Kondisi pengadaan sarana produksi yang ada dewasa
ini, baru mencukupi untuk keperluan
usaha nemanfaatan surnberdaya ikan yang terbatas ini, oleh karenanya diperlukan penambahan dan kelancaran pengadaan
sarana produksi untuk kepentingan pengembangan usaha pemanfaatan sumberdaya ikan sesuai dengan keperluan
dan kebutuhan pengembangan usaha
perikanan di Kotawaringin Barat.
Pengadaan input atau sarana
produksi yang diperlukan untuk menunjang kelancaran produksi antara lain, bahan alat tangkap, es, bahan bakar (minyak,
solar dan oli), air tawar, konsumsi
perbekalan anak buah kapal (ABK), suku
cadang mesin dan perlengkapan
lainnya.
Strategi pengadaan input atau sarana produksi
dilakukan dengan cara :
- Memaksimalkan sarana produksi yang sudah ada, antara lain pengadaan es.
- Membangun sarana produksi yang benar-benar sangat diperlukan antara lain peningkatan kapasitas pabrik es, dan cold storage. Hal tersebut dimaksudkan agar kapasitas yang tersedia sesuai dengan kebutuhannya, sehingga tidak menimbulkan pemborosan atau inefisiensi yang pada akhirnya hanya akan membuat pengusaha menjadi merugi dan gulung tikar.
- Mengoptimalkan pasar atau kios-kios pada satu lokasi ( di TPI Kumai) dalam hal pengadaan bahan alat tangkap dan mesin kapal dan suku cadangnya yang diserahkan kepada mekanisme pasar yang ada, pemerintah daerah tetap mendorong agar iklim usaha tetap kondusif.
B. Strategi Pengembangan
Teknologi
Teknologi penangkapan ikan yang digunakan oleh
nelayan-nelayan Kotawaringin Barat
sudah relatif baik. Namun demikian
ada beberapa jenis alat tangkap yang
dapat dikembangkan dan ditingkatkan agar
lebih efektif dan efisien, tetapi ada juga alat tangkap yang tidak mungkin
untuk dikembangkan dan tidak efektif lagi. Biasanya secara alamiah, jenis
alat tangkap yang tidak efektif
dan efisien akan ditinggalkan dan tidak digunakan oleh nelayan dan
alat tangkap yang memiliki tingkat
kelayakan usaha yang tinggilah yang akan bertambah banyak.
Strategi pengembangan
teknologi penangkapan ikan yang diperlukan adalah meningkatkan ukuran/tonase
unit penangkapan ikan
Rencana pengembangan teknologi penangkapan, baik
untuk alat tangkap maupun jenis atau
ukuran kapal penangkap ikan tergantung pada Usaha peningkatan
kuantitas: mini purse seine (30-40 GT), jaring insang hanyut (5-10 GT), trammel-net
(5-10 GT).
Penggunaan alat tangkap biasanya disesuaikan
dengan tujuan utama dari komoditi
atau jenis ikan yang akan ditangkap. Pemakaiannya juga disesuaikan dengan kondisi daerah penangkapan dan musim penangkapan ikan. Jenis jenis alat tangkap
ikan yang layak untuk ditingkatkan antara adalah gill net, jaring insang hanyut, mini purse seine, trammel net. Peningkatan ukuran/tonase unit penangkapan ikan
sebaiknya disesuaikan dengan kondisi potensi lestari sumberdaya ikan yang
terdapat di Perairan Kotawaringin Barat dan lebih diutamakan menambah jenis
alat tangkap yang ramah lingkungan atau memiliki tingkat selektifitas yang tinggi.
C. Strategi
Pengembangan Keuangan dan Permodalan
Dukungan keuangan dan permodalan yang handal
merupkan salah satu syarat penting
dalam pembangunan. Menurut sumbernya, pembiayaan
pembangunan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu sektor pemerintah dan
sektor masyarakat (termasuk swasta). Pembiayaan yang berasal dari sektor
pemerintah, terdiri atas :
a)
Pemerintah
Pusat, yaitu Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), Inpres,
pinjaman dan bantuan luar negeri.
b)
Pemerintah
Daerah, yaitu Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) provinsi
dan APBD kabupaten yang berasal dari Pendapatan
Asli Daerah (PAD), bagi hasil pajak dan bukan pajak serta pinjaman daerah.
Sedangkan pembiayaan yang berasal dari masyarakat
(swasta) antara lain Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing
(PMA), kredit perbankan dan swadaya masyarakat. Dalam memenuhi sumber-sumber
pembiayaan tersebut, strategi yang dikembangkan adalah :
(1) Mengaktifhan kembali retribusi dan penangkapan lkan dengan mengoptimalkan
fungsi Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
(2)
Mendorong pengembangan lembaga keuangan dan
perbankan dengan orientasi
kredit agribisnis perikanan (agribussines rural banking).
(3)
Menggali sumber-sumber penerimaan dalam. rangka UU
No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.
(4)
Mengembangkan
sistem kredit yang berpijak pada ekonomi kerakyatan secara umum
dan agribisnis perikanan secara khusus.
D. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia
'I'erbukanya peluang berbagai kesempatan kerja
sebagai dampak positif pengembangan perikanan di Kotawaringin Barat memerlukan sumberdaya
manusia berkualitas yang akan terjun baik
sebagai pemilik usaha maupun
tenaga herja. Pemilik
usaha, (perusahaan) dapat
berasal dari propinsi, investor dalam negeri atau luar negeri, sejauh tidak
menyalahi kebijakan Pemerintah Republik Indonesia dan sebagai tenaga kerja harus diutamakan angkatan kerja yang berasal dari Kotawaringin Barat.
Dengan mempertimbangkan bahwa kualitas sumberdaya
manusia dan angkatan kerja di
Kabupaten Kotawaringin Barat masih
belum memiliki kualifikasi pasar
tenaga kerja, dinilai dari
kriteria tingkat pendidikan, keterampilan
dan etos kerja (kedisiplinan), maka
perlu disusun strategi peningkatan
sumberdaya manusia dengan cara :
(1) Peningkatan kualitas keterampilan penduduk usia
kerja sesuai dengan lapangan
pekerjaan yang akan dimasuki. Untuk keperluan ini, maka Pemda
Kotawaringin Barat perlu menyelenggarakan
pelatihan dan bimbingan keterampilan
yang terarah kepada penduduk usia
kerja sesuai dengan lapangan kerja yang akan dimasukinya.
(2)
Pengembangan lembaga-lembaga pendidikan dan keterampilan (diklat). Lembaga-lembaga diklat yang dikembangkan,
seperti Balai Penyuluhan
Perikanan (BPP), Sekolah Menengah Kejuruan Perikanan, bengkel kerja, lembaga perguruan tinggi, atau lembaga
konsultan sebagai badan pelatih.
E. Strategi Pengembangan Agroindustri
Mencermati potensi sumberdaya ikan yang terdapat di kawasan Kotawaringin
Barat, ditambah dengan kondisi sarana dan prasarana pendukung yang ada dan
yang dapat dikembangkan (ditambah kapasitasnya), maka beberapa skenario pengembangan agroindustri perikanan diberikan sebagai berikut :
(1) Industri
Penangkapan
a.
Armada Lepas Pantai
b.
Intensifikasi armada penangkapan pantai
(2)
Industri
Penangkapan dan Pengolahan
Ikan
a.
Rantai dingin transportasi
b.
Cold
Storage
c.
Diversifikasi
produk
d.
Hasil
samping
(3) Industri
Penunjang
a.
Peningkatan
Kapasitas Pabrik Es
b.
Kemasan
Dari skenario pengembangan agroindustri tersebut
tampak bahwa parameter yang
dipengaruhi atau berpengaruh terhadap semua skenario pengembangan agroindustri perikanan adalah kondisi
jalan, sarana transportasi, bahan
bakar minyak (BBM), jumlah dan jenis hasil tangkapan serta permintaan produk
hasil tangkapan. Meskipun demikian, tingkat berpengaruh atau dipengaruhi
dari variabel skenario pengembangan
terhadap ketersediaan sarana dan prasarana tidaklah sama. Parameter
prasarana jalan, sarana transportasi, BBM, air tawar, basil tangkapan, permintaan produk, berpengaruh terhadap semua skenario pengembangan agroindustri perikanan.
Ketersediaan BBM dan sarana tangkap
sangat mempengaruhi skenario pengembangan industri penangkapan ikan (baik intensifikasi penangkapan ke
laut lepas maupun intensifikasi armada penangkapan yang ada). Namun
demikian, parameter sarana tangkap
ini juga merupakan komponen yang paling
sedikit berpengaruh atau dipengaruhi oleh skenario pengembangan industri
penanganan atau pengolahan ikan dan industri penunjangnya. Kondisi ini
bertolak belakang dengan parameter pasar, dimana
skenario pengembangan industri penangkapan hanya sedikit berpengaruh atau dipengaruhi secara tidak langsung.
F. Strategi Pengembangan
Pemasaran
Dengan memperhatikan
bahwa pengembangan Kawasan Perikanan Laut Kotawaringin Barat mengacu pada
sistem agribisnis, maka pemasaran dan
perdagangan hasil produksi merupakan salah satu sub sistem yang harus dikembangkan setara dengan sub
sistem agribisnis perikanan lainnya. Pengembangan
sub sistem pemasaran ini tidak hanya terbatas pada produk unggulan
terindentifikasi (udang, elasmobarnchi, rajungan, dan kepiting), tetapi harus menjangkau hasil tangkapan nelayan di luar komoditas unggulan.
Pengembangan pemasaran hasil perikanan tidak hanya
tertuju untuk merangsang produksi
dan produktivitas nelayan, tetapi juga untuk
mendongkrak harga jual nelayan dengan harapan dapat memperbaiki
kesejahteraan nelayan.
Masalah pemasaran hasil perikanan Kabupaten
Kotawaringin Barat tampaknya
banyak dialami oleh pihak nelayan. Oleh karena itu strategi pengembangan pemasaran difokuskan pada peningkatan
harga jual hasil tangkapan
nelayan.
Strategi pemasaran
yang terkait dengan produk adalah:
(1)
Peningkatan
volume dan penanganan kualitas ikan pelagis dan demersal.
(2)
Perluasan
diversifikasi pemanfaatan ikan pelagis kecil dan demersal untuk meningkatkan permintaan akan jenis ikan tersebut.
Strategi
yang terkait dengan distribusi fisik :
(1)
Mempertahankan
wilayah pasar yang sudah ada.
(2)
Penambahan
pengusaha pengelola (penampung).
(3)
Pengoperasian
sistem distribusi rantai dingin.
Strategi
yang terkait dengan sarana penunjang:
(1)
Pembentukan
sistem informasi pasar.
(2)
Peningkatan
sarana untuk mempertahankan kualitas ikan (air bersih, es, bahan dan alat kemas).
(3)
Penambahan
alat pengangkutan.
(4)
Pembangunan
alat penampungan sementara (gudang).
G. Strategi
Pengembangan Peraturan dan Kebijakan
Dengan adanya UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang
mengisyaratkan adanya otonomi daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pusat dan Daerah, maka peluang daerah
untuk memiliki kewenangan dalam pemberian ijin dan memperoleh bagian penerimaan sangat besar. Strategi kebijakan perikanan masih bersifat arahan
umum yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
(1)
Salah satu kendala yang sering dikeluhkan oleh
para investor atau calon investor adalah
aspek institusi dan hukum dalam kegiatan bisnis di Indonesia.
Secara umum adalah ruwetnya
birokrasi perijinan dan banyaknya
aturan hukum yang membingungkan. Adanya
kedua kendala ini sering kali menciptakan ekonomi biaya tinggi,
dimana pengeluaran biaya transaksi (transaction cost) menjadi
mahal. Oleh karenanva strategi minimalisasi biaya transaksi diperlukan.
(2)
Dalam menunjang peluang dan
iklim investasi adanya paket insentif dan disinsentif termasuk
salah satu daya tarik minat investor.
(3)
Segala hentuk perijinan
investasi seyogyanya melalui satu badan/instansi untuk memudahkan koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi.
(4)
Melakukan pengaturan, pengendalian dan
penerbitan perijinan di bidang perikanan
sesuai dengan UU No. 31/2004 tentang Perikanan dan peraturan/ketentuan lainnya yang berlaku.
H. Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana
Perikanan
Pengembangan sarana dan prasarana perikanan
diarahkan untuk melengkapi dan meningkatkan fasilitas dasa.r, fungsional,
dan pengadaan fasilitas penunjang, untuk lebih meningkatkan dan memantapkan kegiatan operasional dan pelayanan jasa
Pelabuhan Perikanan/Pangkalan
Pendaratan Ikan Kumai, dalam rangka menunjang pengembangan Kawasan Perikanan Laut Kabupaten Kotawaringin Barat.
Pengembangan
sarana dan prasarana perikanan dilakukan secara komprehensif dan bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan Pemerintah
Daerah maupun Pusat. Adapun jenis fasilitas yang akan dikembangkan
meliputi :
(1) Pembangunan fasilitas darat untuk melengkapi
fasilitas fungsional meliputi balai pertemuan nelayan dan dock/slipway.
(2) Peningkatan fasilitas fungsional yang meliputi:
perluasan PPI, bangunan/ bangsal processing ikan, toilet umum,
bengkel/workshop, rumah genset, tangki dan kios BBM, instalasi air
bersih (tangki dan menara air berikut jaringan distribusinya), instalasi pengolahan
air limbah, penambahan jaringan listrik, jaringan jalan dan drainase kompleks.
(3) Peningkatan dan penataan kembali fasilitas penunjang yang meliputi: poliklinik, kantin, rumah dinas kepala pelabuhan, rumah dinas staf pelabuhan,
mess karyawan dan rumah jaga.
Sasaran yang ingin dicapai dari pengembangan
sarana dan prasarana perikanan ini antara
lain adalah sebagai berikut:
(1) Peningkatan
dan penyempurnaan fasilitas fungsional yang memadai untuk untuk meningkatkan kegiatan operasional Pelabuhan Perikanan/Pangkalan
Pendaratan Ikan Kumai.
(2) Tersedianya fasilitas penunjang yang memadai
untuk meningkatkan kegiatan operasional Pelabuhan Perikanan/Pangkalan
Pendaratan Ikan Kumai.
(3) Meningkatkan volume produksi ikan di Pelabuhan
Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan
Kumai.
(4) Meningkatkan pendapatan nelayan di sekitar
Pelabuhan Perikanan/ Pangkalan Pendaratan Ikan Kumai melalui peningkatan
pelayanan jasa pelabuhan.
(5) Menyediakan lapangan kerja khususnya bagi keluarga
nelayan di sekitar Pelabuhan
Perikanan/Pangkalan Pendaratan lkan Kumai, melalui pengembangan usaha perikanan.
(6) Menunjang pengembangan Kawasan Perikanan Laut
Kabupaten Kotawaringin Barat.
Untuk
merealisasikan rencana dan mencapai sasaran pengembangan diatas,
diperlukan strategi sebagai berikut :
(1)
Pemerintah
Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat perlu melakukan koordinasi
dengan Pemeriatah Daerah Propinsi Kalimantan Tengah dan Pemerintah
Pusat tentang kelangsungan pembangunan Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan Kumai khususnya dalam hal penyediaan dana.
(2)
Pemerintah Daerah Kabupaten
Kotawaringin Barat melakukan
koordinasi dengan instansi terkait dalam hal pengaturan program pembangunan
infrastruktur guna menunjang pengembangan Pelabuhan Perikanan/Pangkalan
Pendaratan Ikan Kumai.
(3)
Pemerintah
Daerah Kabupaten Kotawaringin
Barat mengusahakan perluasan lahan/areal Pelabuhan Perikanan/Pangkalan
Pendaratan Ikan Kumai.
(4)
Pemerintah Daerah
Kabupaten Kotawaringin Barat menyiapkan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk pengelolaan Pelabuhan
Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan
Kumai.
(5)
Menciptakan iklim usaha perikanan yang kondusif
da1am rangka mendukung pemanfaatan sumber
daya perikanan ekonomis penting dan bernilai ekspor sampai tingkat optimal
lestari.
(6)
Mengupayakan tersedianya
bahan baku
untuk industri perikanan, yang
terjamin kualitas dan kuantitasnya secara berkelanjutan.
(7)
Membina
Koperasi perikanan untuk dapat berperan aktif da1am pembangunan yang semakin meningkat dan mandiri.
(sumber : Rencana Tata Ruang Pesisir dan Laut
Kabupaten Kotawaringin Barat)